Penelitian ini mengkaji terkait kerentanan lahan sawah padi terhadap banjir DAS Cidurian di Desa Renged Kecamatan Binuang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Desa Renged dipilih sebagai lokasi wilayah penelitian, karenaduafaktoryaitukondisiekonomipenduduk yang mayoritas bekerja sebagai petani dan lokasi geografis wilayah penelitian yang terletak di hilir DAS Cidurian dan kemiringan 0-2%. Hasil wawancara dengan masyarakat setempat banjir di wilayah penelitian terjadi setiap tahun pada musim penghujan, dengan peristiwa banjir terbesar dalam 20 tahun terakhir terjadi pada tahun 1994, 2001, dan 2013. Berdasarkan hal tersebut, lahan sawah padi wilayah penelitian rentan terhadap banjir DAS Cidurian. Analisis kerentanan lahan sawah padi wilayah penelitian dengan pendekatan bentuklahan dan persepsi masyarakat, untuk penilaian kerentanan berdasarkan pendekatan indicator dengan metodes koring dan scenario pembobotan. Analisis bahaya banjir berdasarkan parameter kedalaman, durasi, dan periode ulang banjir.
Hasil analisis wilayah penelitian memiliki satuan bentuk lahan asal proses fluvial yang terdiriatas: aliran sungai mati, dataran alluvial, dataran banjir, tanggul alam, danteras fluvial. Satuan bentuklahan fluvial terluas wilayah penelitian yaitu dataran alluvial dengan luas 351.83 ha, yang merupakan hasil proses sedimentasi pada topografi datar dengan material aluvium. Kondisi tersebut dapat diidentifikasikan bahwa wilayah penelitian terpengaruh oleh aktivitas banjir dan penggenangan, karena material alluvium berasal dari hasil pengendapan ketika terjadi banjir dan penggenangan.
Hasil peta interpolasi kedalaman banjir wilayah penelitian menunjukkan bahwa kedalaman banjir maksimum tertinggi terjadi tahun 2001 yaitu 3.8 m, sedangkan tahun 1994 dan 2013 yaitu 2.8 m.Hasil peta interpolasi durasi banjir wilayah penelitian menunjukkan bahwa durasi banjir terpanjang terjadi tahun 1994 yaitu 23 hari, sedangkan tahun 2001 yaitu 21 hari dan tahun 2013 yaitu 19 hari. Hasil analisis terkait periode ulang bahaya banjir dapat diidentifkasi merupakan banjir 6 tahunan. Hasil analisis peta bahaya banjir wilayah penelitian ditinjau berdasarkan luasan, daerah dengan kelas bahaya tinggi seluas 161.20 ha, daerah dengan kelas bahaya sedang seluas 189.70 ha, dan daerah dengan kelas bahaya rendah seluas 120.77 ha.Berdasarkan distribusi spasial pada bentuklahan, hasil analisis menunjukkan bahwa bahaya banjirwilayah penelitian dengan kategori kelas tinggi terdapat pada satuan bentuklahan dataran banjir, aliran sungai mati, dan dataran alluvial yang berasosiasi dengan saluran irigasi. Bahaya banjir dengan kategori sedang, terdapat pada sebagian satuan bentuklahan dataran banjir dan dataran alluvial. Bahaya banjir dengan kategori rendah terdapat pada satuan bentuklahan teras fluvial, tanggul alam, dan sebagian dataran alluvial.Ditinjau berdasarkan penggunaan lahan daerah dengan kelas bahaya banjir tinggi sampai sedang, sebagian besar terdapat pada penggunaan lahan yaitu sawah.
Hasil penilaian kerentanan berdasarkan enam skenario, menunjukkan bahwa nilai indeks kerentanan antara scenario bobot bahaya, produktivitas, luasan lahan, dan jarak lahan dari sungai memiliki nilai indeks minimum dan maksimum yang sama yaitu 0-0.86. Nilai indeks kerentanan tertinggi terdapat pada scenario kerentanan sama (equal), yaitu 0-0.89.Berdasarkan distribusi spasial pada bentuk lahan, terdapat kesamaan bahwa sebagian besar kelas kerentanan tinggi terdapat pada lahan sawah yang berlokasi di dataran banjir dan dekat saluran irigasi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa variable bahaya memiliki kontribusi tinggi terhadap tingkat kerentanan lahan sawah padi wilayah penelitian.
dipresentasikan oleh Siti Dahlia (Geoinfo Batch X) pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (PIT IABI) ke 3 di ITB Bandung 23-24 Mei 2016
PENILAIAN KERENTANAN LAHAN SAWAH PADI TERHADAP BANJIR DAS CIDURIAN DENGAN PENDEKATAN BENTUKLAHAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT
Siti Dahlia1, Sudibyakto2,dan Dyah.R.Hizbaron2.